La Edi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Muna Barat.

MUBAR (SULTRAAKTUAL.COM) – Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Muna Barat (Mubar) Sulawesi Tenggara (Sultra), La Edi diduga melakukan pembohongan publik perihal penebangan pohon Jati pada Kawasan Hutan Mata Air Matakidi.

Berdasarkan laporan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Muna-Muna Barat, bahwa penebangan pohon jati di Kawasan Hutan Mata Air Matakidi dilakukan akibat beberapa pohon jati tersebut berpotensi tumbang.

Kepala KPH Muna-Mubar, LM Nur Ramadan mengatakan, pihaknya menerima laporan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Muna Barat akan melakukan penebangan beberapa pohon jati yang berpotensi tumbang pada Kawasan Hutan Mata Air Matakidi.

“Ia benar ada laporan dari DLH Muna Barat untuk menebang beberapa pohon jati di Kawasan Hutan Matakidi,” ungkapnya saat dihubungi melalui sambungan selulernya. Senin, (5/2/2024).

Setelah mendapat laporan itu kata Ramadan, pihaknya langsung melakukan koordinasi pada Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Balai Benih, mengingat pohon jati di Kawasan Mata Air Matakidi menjadi salah satu tempat pengambilan benih.

“Karena itu tempat pengambilan benih makannya langsung saya teruskan ke Balai Benih,” katanya pula

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Muna Barat mengatakan, penebangan pohon jati di Kawasan Hutan Mata Air Matakidi semata-mata untuk keselamatan.

“Yang ditebang itu pohon jati yang berpotensi rebah,” katanya

Sementara itu, salah satu warga yang enggan disebutkan namanya mengatakan, apa yang dilaporkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Muna Barat pada Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Muna – Muna Barat ikhwal penebangan pohon jati yang berpotensi rebah adalah mengada-ada.

Justru kondisi yang terjadi dilokasi Kawasan Hutan Mata Air Matakidi, sejumlah pohon jati yang ditebang tidak ada ciri-ciri tumbang atau rebah.

“Siapa bilang pohon yang ditebang itu mau roboh, tidak benar itu. Pohon yang ditebang bagian timur yang dua pohon itu berdiri kokoh tidak ada ciri-ciri mau tumbang, makanya saya kaget kalau informasi dari Kadis DLH bahwa pohon itu mau tumbang. Pembohongan itu,” ungkapnya.

Ironisnya kata wanita berhijab itu, sebelum pohon jati itu ditebang ada beberapa oknum masyarakat Muna Barat yang melakukan kesepakatan sebelum merebahkan pohon yang sudah bersertifikat dari Balai Benih itu.

“Ada oknum di lokasi kejadian mereka bersepakat kalau dua pohon itu ditebang maka akan dibeli 15 hingga 20 juta rupiah,” katanya pula

Untuk diketahui, berdasarkan investigasi jurnalis Media ini, hingga awal tahun 2024 ini sudah enam pohon jati di Kawasan Mata Air yang ditebang. Empat pohon ditebang atas perintah Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Muna Barat sedangkan dua pohon lainya tumbang akibat terjangan angin. (SAC)

Laporan: Hasan Jufri