KALENDER hijriah memiliki 12 bulan yang sama dengan sistem penanggalan masehi. Tiap bulan Islam memiliki nama dan arti berbeda, yang bergantung dari kondisi masyarakat saat itu.
Dikutip dari buku Sejarah Pembentukan Kalender Hijriyah yang ditulis Ahmad Sarwat, nama bulan Islam telah dikenal sebelum penggunaan kalender Hijriah. Hal ini disebutkan dalam kitan Fathul Baari karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani.
“Nama-nama bulan dalam penanggalan hijriah bukan wahyu, tapi telah digunakan bangsa Arab sejak zaman jahiliyah. Misalnya Sya’ban, Ramadhan, Syawal, dan bulan lainnya,” tulis buku tersebut.
Arti nama bulan Islam
Berikut daftar nama bulan dalam kalender hijriah dan artinya,
Muharam (bulan yang disucikan)
Safar (bulan yang dikosongkan)
Rabiul awal (musim semi pertama)
Rabiul akhir (musim semi kedua)
Jumadil ula (musim kering pertama)
Jumadil akhir (musim kering kedua)
Rajab (bulan pujian)
Syakban (bulan pembagian)
Ramadhan (bulan yang sangat panas)
Syawal (bulan berburu)
Zulkaidah (bulan istirahat)
Zulhijjah (bulan haji).
Dikutip dari perpustakaan digital UIN Walisongo, kalender pra Islam memiliki 12 bulan yang masing-masing berjumlah 29 atau 30 hari. Sehingga jumlah hari dalam satu tahun kalender adalah 354 hari.
Untuk penyesuaian jumlah hari perputaran bulan terhadap bumi dengan tahun matahari, maka dibuatkan bulan sisipan (an-nasi). Bulan inilah yang kadang dimainkan masyarakat Arab jaman dulu.
Permainan penanggalan digunakan bangsa Arab zaman dulu untuk melanggar peraturan kaumnya sendiri. Misal berperang di bulan Muharram yang sebetulnya tidak diperkenankan.
Penggunaan bulan Islam dalam kalender hijriah diterapkan di masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Saat itu sang khalifah telah 2,5 tahun memimpin muslim menggantikan Abu Bakar As Shiddiq.
Sang khalifah ingin membereskan administrasi dan persuratan hingga memanggil beberapa orang untuk menyelesaikan masalah ini. Akhirnya diciptakan kalender hijriah yang memudahkan urusan administrasi pemerintahan. (DEC/SAC)